Friday, November 11, 2016

Belitong: Laskar Pelangi, Ahok dan Balitung

Halo!
Niat untuk menulis di blog kembali muncul, setelah seminggu kemarin sudah melakukan ritual (re: travelling) untuk penyegaran mata, pikiran, otak dan (mungkin) hati. Terakhir menginjakkan kaki di Pulau Sumatera, tahun 2014 lalu saat ke Palembang, masih penasaran sama cantiknya daerah-daerah di Sumatera. Sebenernya niat buat ke Belitung sudah ada sejak awal tahun ini, tapi ya terpentok waktu dan yang diajak, jadinya baru terlaksana di akhir Oktober kemarin. 

Nyaris terulang...
Tragedi ketinggalan pesawat kembali terjadi pada saya. Padahal pagi-pagi di hari saya akan berangkat, sudah saya cek jadwal keberangkatan. Sayangnya salah lihat jam. Saking seringnya dan nyamannya mengambil penerbangan terakhir entah saat pulang ke Bali, atau ke Jakarta, otak saya sudah tersetting kalau penerbangannya termalam. So, yang saya lihat jam 20.40, ternyata itu jam saya tiba di Jakarta. Mbyar! Sedangkan jam 18.00 masih siap-siap di kos dan belum mandi. Well, kena nasehat dari Ayah, dan memang ini pure kesalahan saya nggak ngecek dengan benar. Untungnya tiketnya masih bisa di reschedule. Fiuh. Belum selesai, nyampai bandara baru sadar kalau laptop tertinggal. Oh damn! Padahal rencananya mau nyicil beberapa kerjaan. Beruntung ada teman saya yang super baik mau membawakan beberapa barang yang tertinggal di kosan.

Hello, Jakarta eh Tangerang!
Mendarat di Bandara Soe-Hatta, saya bertemu dengan orangtua saya. Ya, kali ini perjalanan bersama kedua orangtua. Dikarenakan ingin berkeliling Belitung dengan puas di hari pertama, kami mengambil penerbangan paling pagi dari Soe-Hatta. Pengalaman menginap di bandara sih dah berkali-kali saya rasakan sendiri. Setelah malapetaka Singapore awal tahun ini hiks. Kebetulan saya menunggu di terminal 3, masih dalam tahap pengembangan gitu. Sekitar pukul 23.30, entah kenapa merasa lapar, saya dan Ayah memutuskan untuk membeli sandwich. Mulailah kami mengobrolkan banyak hal setelah sekitar tiga bulan nggak bertemu.

Belitong: Seperti Bali tahun 1990-an
Pemandangan sebelum mendarat disuguhkan perkebunan kelapa sawit dan beberapa spot tambang kaolin atau timah. Kabut masih terlihat menyambut diantara beberapa bukit. Mendarat di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin, kami disambut oleh teman tapi masih bisa dibilang saudara jauh mungkin ya, karena beliau berasal dari satu desa yang sama dengan Ayah. Mereka tidak bertemu sekitar 20 tahun, dan kembali bertemu di tanah rantau beliau mirip dengan cerita yang saya posting di Lembongan terdahulu. "Bandaranya mirip kayak bandara Ngurah Rai waktu tahun 90-an ya" itu ucap Ayah saat memperhatikan sekeliling. Mungkin memang tergolong kecil, mungkin sebesar Bandara El-Tari di Kupang. 

Danau Biru Tanjung Pandan
Destinasi pertama yang dituju adalah daerah yang menjadi lokasi tambang timah dan kaolin yang ada di pusat kota, Tanjung Pandan. Sekilas saat melihat sangat mirip dengan kawah putih yang ada di Bandung. Bedanya ini bukan belerang, melainkan kaolin. Warna airnya biru tosca, sejuk banget ngelihatnya. Kemudian pasir putih polos mengelilingi pinggirannya, Sebenarnya ini bukanlah danau alami, melainkan danau yang muncul karena bekas tambang. Kebetulan tempat ini masuk list lokasi yang perlu saya kunjungi selama di Belitung. Lokasinya yang ada di kota, cukup mudah untuk mencapai lokasi ini, apalagi ada penunjuk arahnya lho kalau diperhatikan. Penunjuknya masih menggunakan papan kayu. Oh iya, nama hits tempat ini Danau Kaolin, tapi kalau dipetunjuk namanya Danau Biru.  

Tips: sebenarnya destinasi ini dapat kamu kunjungi kapan aja, karena lokasinya di kota, so bisa jadi list terakhir kamu sebelum menuju bandara juga. 

Danau Biru atau Danau Kaolin


Tips: gunakan baju berwarna cerah untuk fotoan di sini ya :) 

SD Muhammadiyah Gantong: Awal Kisah Laskar Pelangi

Lokasinya terbilang cukup jauh dari Tanjung Pandan meluncur menuju Belitung Timur. Jaraknya sekitar 60-kilometer-an. Wah jauh banget yak, tapi tenang karena jalanan di Belitung masih sepi waktu yang ditempuh mungkin sekitar 1 jam 15 menit-an-lah. Jalan kabupatennya mulus banget kok. Oh iya, di sini juga jalurnya mudah rata-rata hanya satu jalur untuk menuju daerah lain, misal ke Belitung Timur, atau ke Sijuk. Cukup ikutin saja jalurnya. Mirip waktu saya di Rote ketika KKN. Sepulangnya dari Danau Biru, Belitung diguyur hujan cukup deras. So, saya memilih untuk tidur terlelap selama di perjalanan. Ketika bangun, saya sudah dekat menuju sekolah replika SD Muhammadiyah Gantong. Kata teman Ayah, sekolah yang asli telah dipindahkan dan dikembangkan lebih luas. Sekolah yang terletak di daerah Gantung ini, merupakan bangunan aslinya yang dipindahkan ke tempat ini. Ini juga menjadi lokasi untuk pengambilan film Laskar Pelangi, tempat Andrea Hirata menuntut ilmu.  

walau sedikit diguyur hujan gerimis, menuju destinasi selanjutnya tetap tancap gas

kondisi di dalam ruang kelas



Kampoeng Ahok

Lanjut ke kampung halaman Pak Ahok yang berada di Manggar. Tidak begitu jauh dari SD Replika tadi, hanya berkisar 7-8 kilometer, mungkin sekitar 10 menit kurang. Kalau bisa dikatakan apa yang membuat Belitung terkenal ya 'Laskar Pelangi' dan tentunya 'Ahok' yang menjadi Gubernur non-aktif Jakarta ini. Ya, sebenarnya ini hanya tempat untuk menjual beberapa pernak-pernik dan ada juga yang berjualan jajanan khas Belitung di tempat ini. Tepat di seberang tulisan di bawah ini terdapat rumah Ahok dulunya ketika tinggal di Manggar. 




Warkop Millenium: ngaso sek, ngopi dulu

Setelah keliling sana-sini, akan asik kalau nyoba kopi atau minuman yang ada di Belitung dong. Kalau pas googling memang nama warung kopi ini banyak muncul. Benar saja, selanjutnya saya diajak istirahat sejenak di sini. Harganya standar seharga warkop pada umumnya. Lokasinya tidak jauh juga dari Kampoeng Ahok tadi. Pilihan minumannya ada banyak. Cemilan ringan juga ada, seperti pisang goreng, roti bakar, singkong goreng dan lain-lain.  Hujan baru saja berhenti, jadi pas banget nih kalau nyeruput yang hanget-hanget. Btw, di sini menyediakan layanan free-wifi lho. 



Balitung: Belitung Rasa Bali

Balitung ini merupakan salah satu dusun yang berada di daerah Sijuk, Belitung bagian Utara. Di sinilah teman Ayah tinggal. Katanya ada sekitar 200KK warga asli Bali yang tinggal di sini. Dulu saat program transmigrasi digalakkan, salah satu lokasi yang menjadi tujuan tramigran Bali itu ke Belitung dan ditempatkan di daerah Sijuk ini. Sekilas mirip dengan desa-desa yang ada di daerah Bangli. Setiap rumah memiliki mrajannya masing-masing. Entah kenapa saya merasa seperti benar-benar di Bali. Atmosfirnya pun berasa sama. Ternyata ada beberapa pura di sini, tidak hanya satu. Wah, mendengarnya saya kagum hehe. Oh iya, kebetulan dusun Balitung ini sangat dekat menuju pantai-pantai unggulan di Belitung lho, seperti Pantai Kalayang dan Pantai Tanjung Tinggi. Jadi buat yang main-main ke Belitung pengen serasain Bali bisa nih berkunjung ke dusun ini.  

Pura Puseh Desa Giri Jati, salah satu pura yang ada di Dusun Balitung


Pantai Jimbaran Belitung: Eh lagi-lagi rasa Bali nih

Berhubung hari sudah makin sore, setelah melihat-lihat perkebunan karet dan kelapa sawit milih teman Ayah, lanjut cus ke salah satu pantai yang tak begitu jauh dari Dusun Balitung. Namanya Pantai Jimbaran. Lha? Gak asing banget kan? Pantai ini sebenarnya akan dijadikan private beach namun masih dalam tahap pengembangan, di sini akan dikembangkan wahana watersport layaknya di Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali. Pasirnya putih, waktu ini sih ombaknya tenang banget. Masih bersih. Terus seperti biasa dimana ada pantai biasanya ada icon hits berupa ayunan! Asik buat bersantailah ya. Nah, kalau dari pantai ini sunrise dan sunset bakalan dapet karena posisinya di utara gitu. 


Kok pakai sepatu? Karena saya lupa bawa sandal haha.
Sepulang dari sini langsung beli sandal jepit kok



Berasa pemiliknya haha



Nasi Padang: I Love You

Masakan nasi padang ternyata hits banget di Belitung. Yah, kalau cari makan yang gampang ya nasi padang hehe. Sebelum ke daerah Gantung sebenarnya kita makan dulu di salah satu warung nasi padang sekitaran Danau Biru gitu. Kami makan berempat dan menghabiskan Rp 88.000 padahal saya sudah ngambil ayam, telor dadar, terus sayur, sama apalagi ya, karena itu melebihi porsi saya kalau bayar sendiri haha. Begitu pula dengan Ayah dan Bunda saya yang memesan lauknya lebih dari satu. Sebenarnya ada sih makanan khas sini katanya salah satu ikan. Yah, bahasnya di postingan selanjutnya aja ya hehe. 




Semua perjalanan ini saya lakukan sehari, dari jam 09.30 kalau tidak salah dan berakhir sampai di Hotel Grand Hatika sekitar 20.00. Jarak waktu saya pulang dari Sijuk ke Tanjung Pandan mungkin sekitar 30-kilometer-an, sekitar 35-40 menit aja. Kalau di Bali mah gak mungkin secepet ini. Ini dikarenakan jalanan mulus terus kendaraannya gak padat. Jadi tinggal cus aja. Oh iya, traffic light juga hanya di kota, seingat saya sih di daerah lain ada tapi super dikit banget. Saya juga sempat berhenti di salah satu tempat tambang timah. Saya masih ingat pertanyaan wajib waktu SD pelajaran IPS kelas V "Bangka Belitung adalah daerah penghasil...Timah". 


Notes

1. Transport 
Buat kamu yang mau jalan-jalan ke sini, ada baiknya untuk menyewa mobil atau motor untuk berkeliling. Modal google maps akan membantu banget ketika ingin mengunjungi destinasi yang diharapkan. Berhubung jalur penghubung antar daerah rata-rata hanya ada satu jalur maka kemungkinan tersesat akan berkurang. Kalau ingin berpergian jauh belilah bahan bakar full pada kendaraan kamu, karena Pertamina hanya ada di kota dan beberapa lokasi saja. 

2. Tempat menginap
Cukup banyak pilihan di sini, mulai dari guest house sampai hotel berbintang pun ada. Kebetulan saya memesan hotel menggunakan traveloka memilih hotel yang ada di daerah kota, namun dekat pantai. Saya memesan Hotel Grand Hatika yang berada di dekat Pantai Tanjung Pendam, harganya pun lumayan bersahabat untuk hotel bintang empat. Pilihan tempat-tempat yang murah juga bisa kamu cari di traveloka.

3. Sinyal HP
Nah, ini menjadi masalah utama saya. Ternyata hanya Telkomsel dan XL yang sinyalnya terbilang stabil. Indosat sangat sering no service guys! Sinyal indosat hanya ada di bandara dan beberapa titik di kota (tidak semuanya lho). Jadi, buat kamu kalau mau ke sini ada baiknya menggunakan salah satu dari provider Telkomsel atau XL. Untungnya Ayah saya menggunakan Telkomsel jadi modal saya untuk update dari hasil tethering dari handphone Ayah. 

No comments:

Post a Comment